PERJALANAN BERPETUALANG Perkenalkan nama Saya Gustaaf Adolf Akiaar, saya adalah dari keluarga
nasrani, lalu masuk agama islam, karena tertarik dengan ilmu kebatinan nya,
hingga saya menjadi se orang petualang, hingga saya merantau ke daerah Banten,
konon ceritera ilmu kebatinan nya amat tinggi, ini kisah ku di tanah
Banten.......
Pertama saya menginjakkan kaki ke
wilayah Banten saya menginap di Rumah Abuya Dimyati di Pandeglang, saya
berjumpa sama putra nya yang bernama Murtadho, lalu saya di pesan apa bila
ketemu Abah Mas jangan terkejut apa bila beliau marah/membentak/sebalik
nya........lalu aku menginap di salah satu pondok yang beratapkan ilalang, lalu
pagi nya saya ikut sholat berjamaah tepat di belakang Beliau, selesai nya
sholat saya menyalami nya dan beliau langsung membetak dengan lantang......mau
apa kamu.....? sepontan saya memohon dan meminta amalan.....beliau dengan keras
dan lantang......sana baca yasin 2x, dan di usir nya saya untuk pergi, dengan
langkah gontai saya terpaksa harus pergi pagi2 buta dengan melangkahkan kaki
melanjutkan perjalanan saya menuju ke Gunung Karang Konon menyimpan banyak
misteri ..........
Gunung Karang – Pandeglang adalah raksasa tertidur
dari Banten, yang menyimpan banyak rahasia yang belum terkuak oleh manusia,
banyaknya misteri, mitos dan legenda ditempat ini menjadikan gunung karang
beraroma mistis yang sangat kuat, sejarah gunung karang tidak lepas dari cerita
peradaban masa lalu hingga sejarah runtuhnya kerajaan hindu-Budha. Gunung
Karang adalah gunung tertinggi di daerah Banten, ketinggiannya mencapai 1778 ml
dan gunung ini gunung merapi aktif yang memiliki potensi besar bisa meletus......................
Perjalananku ke
puncak Gunung Karang karena tertarik dengan misterinya dan banyaknya bukti peninggalan sejarah
yang ditemukan di gunung karang masih tertata rapi, dan beberapa sebagian yang kutemukan tersimpan rapi dimuseum kepurbakalaan Banten. Seperti beberapa situs
sejarah yang berada di gunung karang, diantaranya : batu Menhir, Situs Pahoman
Pasir Petey, Sumur Tujuh. Petilasan Sultan Banten ke 1. Makam Syekh Rako. Makam
Syekh Karan.
Sebelum mendaki
kepuncak gunung karang, biasanya para peziarah atau pendaki diharuskan berdoa terlebih dahulu
di petilasan Sultan Maulana Hasanudin, memohon kepada Allah SWT keselamatan dan
kekuatan untuk mendaki. Gunung Karang Banten, menjadi salah satu tujuan paforit
wisata religi dan wisata pendakian gunung, selain tujuan mendaki, yang paling
terkenal adalah sumur tujuh gunung karang yang keberadaannya di puncak gunung,
para pendaki harus menempuh perjalanan 2.5 - 4 – 5 jam pendakian menuju sumur
tujuh, tergantung pisik dan kondisi para pendaki. Letak ketinggian diatas sumur
tujuh 1778 ml, jadi para pendaki harus menyiapkan pisik yang fit dan semangat
yang tinggi.
Sumur Tujuh gunung karang adalah tempat yang paling
sering dijadikan tujuan mendaki, para pendaki yang datang dari pulau jawa dan
luar pulau jawa sengaja mendaki untuk tujuan ke sumur tujuh,kita kupas sejarah sumur
tujuh berkaitan erat dengan Sulton Maulana Hasanudin pendiri kerajaan Banten
yang bercorak islami, putera dari Sulton Syarief Hidayatulloh Raja Cirebon
pertama
Sejarah yang
melegenda di masyarakat tentang keberadaan sumur tujuh yang dibuat oleh Sulton
Maulana Hasanudin, adalah ketika Sulton Maulana Hasanudin ditantang bertarung
adu kesaktian oleh Raja Pucuk Umun Raja Banten Girang, pertarungan yang sangat
sengit terjadi di puncak gunung karang yang sekarang adanya sumur tujuh. Karena
kehausan setelah bertarung Sulton Maulana Hasanudin bermunajat kepada Allah Swt
untuk memohon air minum, atas izin Allah maka ditancapkanlah tongkatnya ke
tanah, dengan seketika keluarlah air menyembur dari dalam tanah. Lubang bekas
tongkat yang ditancapkan inilah yang sekarang di sebut keramat Sumur Tujuh
Gunung Karang........................
Sumur Tujuh Gunung
Karang banyak sekali dikunjungi oleh para peziarah, mereka ke sumur tujuh
dengan tujuan untuk mencari air sumur keramat, jika airnya kebetulan banyak
biasanya para peziarah mandi dan membawa pulang kerumah, tujuannya memohon
keberkahan kepada Allah SWT dengan sareat air sumur tujuh keramat yang dibuat oleh
Sulton Maulana Hasanudin.
Banyak sekali cerita
mistis yang sering dialami oleh para pendaki yang bertujuan ziarah ke sumur
tujuh gunung karang, fenomena yang sering terjadi berkaitan dengan hal-hal yang
berbau mistis.
Bahkan salah satu
dari para peziarah ketika memasukan tangannya ke lumpur sumur tujuh, ditemukan
emas yang masih utuh berbentuk batangan, dan beberapa kejadian seperti
menemukan benda-benda pusaka atau batu akik yang mengandung kekuatan gaib.
Sumur Tujuh Gunung Karang adalah tempat yang sangat sakral dan keramat karena
tidak boleh orang sembarang mengucap sesuatu yang kurang baik, berdoalah
ditempat ini hanya kepada Allah Swt.
Namun sangat
disayangkan, dengan kondisi yang sekarang sumur tujuh sudah sangat
memprihatinkan, saking banyaknya pengunjung menjadikan sumur tujuh sudah tidak
terlihat tujuh lagi, keadaannya sudah berubah dari aslinya karena terjamah
ribuan orang.
Tidak jauh dari Sumur
Tujuh, terdapat Sumur Nangka, Sumur Nangka adalah sebuah gua yang didalamnya
ada penampungan air dari batu, konon katanya Sumur Nangka ini tempat pelarian
atau bersembunyi Pucuk Umun yang kalah bertarung, jadi untuk para peziarah
tidak diperbolehkan mandi disumur ini atau membawa pulang
airnya.................
Dan di dekat sumur tujuh ada makam salah
seorang musyafir yang telah wafat dan di makam kan nya.........dan di sumur
tujuh udara nya amat dingin sekali serta angin yang kencang
sekali...............
Lalu saya turun dan menginap di salah satu
penduduk di bawah lereng Gunung karang......lalu ke esokan hari nya saya
melanjutkan perjalanan ke Batu Al Qur’an/ Cikaduen Banten..............
Mari kita menguak lagi sejarah Batu Al Qur’an
di Cikaduen Banten dengan perjalanan penuh misteri
............................................
PANDEGLANG, Bila anak bangsa sudah mulai melupakan sejarahnya,
maka hilanglah kebesaran generasi bangsanya. Manusia adalah makhluk pelupa.
Kemarin seharusnya menjadi sejarah hari ini. Hari ini menjadi sejarah esok
hari. Dan esok menjadi sejarah untuk lusa yang lebih baik. Begitu seterusnya
tiada berkesudahan. Tapi ternyata tidak berlaku untuk manusia-manusia pelupa.
Fakta-fakta sejarah yang menunjukkan betapa signifikannya peran-peran Ulama dan
Santri. Para Ulama dan Santri sudah memperhatikan sejarah mereka di esok hari.
Tinggal kita sekarang menyikapi nya, apakah akan melanjutkannya atau tetap nyaman menjadi
manusia-manusia amnesia.
Peristiwa sejarah yang terjadi di tengah bangsa Indonesia sampai hari ini,
hakikatnya merupakan kesinambungan masa lalu yang mana fondasinya sudah
dipancangkan kuat oleh para Ulama dan Santri. Dan tidak akan cukup kalau kita
menuliskannya dalam lembaran artikel sederhana ini. Setidaknya, gambaran
sederhana di atas bisa memetik kesadaran kolektif kita tentang sejarah.
Cerita rakyat yang berhubungan dengan Islamisasi di Banten salah satunya
adalah cerita Syekh Mansyuruddin. Menurut ceritanya Sang syekh adalah salah
seorang yang menyebarkan agama Islam di derah Banten Selatan. Dengan
peninggalannya berupa Batu Qur’an yang sekarang banyak berdatangan
wisatawan untuk berzirah atau untuk mandi di sekitar patilasan, karena disana
ada kolam pemandian yang ditengah kolam tersebut terdapat batu yang bertuliskan
Al-Qur’an.
Syekh Maulana Mansyuruddin dikenal dengan nama Sultan Haji, beliau adalah
putra Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa (raja Banten ke 6). Sekitar tahun 1651
M, Sultan Agung Abdul Fatah berhenti dari kesutanan Banten, dan pemerintahan
diserahkan kepada putranya yaitu Sultan Maulana Mansyurudin dan beliau diangkat
menjadi Sultan ke 7 Banten, kira-kira selama 2 tahun menjabat menjadi Sultan
Banten kemudian berangkat ke Bagdad Iraq untuk mendirikan Negara Banten di
tanah Iraq, sehingga kesultanan untuk sementara diserahkan kepada putranya
Pangeran Adipati Ishaq atau Sultan Abdul Fadhli. Pada saat berangkat ke Bagdad
Iraq, Sultan Maulana Mansyuruddin diberi wasiat oleh Ayahnya, ”Apabila engkau
mau berangkat mendirikan Negara di Bagdad janganlah menggunakan/ memakai
seragam kerajaan nanti engkau akan mendapat malu, dan kalau mau berangkat ke
Bagdad untuk tidak mampir ke mana-mana harus langsung ke Bagdad, terkecuali
engkau mampir ke Mekkah dan sesudah itu langsung kembali ke Banten. Setibanya
di Bagdad, ternyata Sultan Maulana Mansyuruddin tidak sanggup untuk mendirikan
Negara Banten di Bagdad sehingga beliau mendapat malu. Didalam perjalanan
pulang kembali ke tanah Banten, Sultan Maulana Mansyuruddin lupa pada wasiat
Ayahnya, sehingga beliau mampir di pulau Menjeli di kawasan wilayah China, dan
menetap kurang lebih 2 tahun di sana, lalu beliau menikah dengan Ratu Jin dan
mempunyai putra satu.
Selama Sultan Maulana Mansyuruddin berada di pulau Menjeli China, Sultan
Adipati Ishaq di Banten terbujuk oleh Belanda sehingga diangkat menjadi Sultan
resmi Banten, tetapi Sultan Agung Abdul Fatah tidak menyetujuinya dikarenakan
Sultan Maulana Mansyuruddin masih hidup dan harus menunggu kepulangannya dari
Negeri Bagdad, karena adanya perbedaan pendapat tersebut sehingga terjadi
kekacauan di Kesultanan Banten. Pada suatu ketika ada seseorang yang baru turun
dari kapal mengaku-ngaku sebagai Sultan Maulana Mansyurudin dengan membawa
oleh-oleh dari Mekkah. Akhirnya orang-orang di Kesultanan Banten pun percaya
bahwa Sultan Maulana Mansyurudin telah pulang termasuk Sultan Adipati Ishaq.
Orang yang mengaku sebagai Sultan Maulana Mansyuruddin ternyata adalah raja
pendeta keturunan dari Raja Jin yang menguasai Pulau Menjeli China. Selama
menjabat sebagai Sultan palsu dan membawa kekacauan di Banten, akhirnya rakyat
Banten membenci Sultan dan keluarganya termasuk ayahanda Sultan yaitu Sultan
Agung Abdul Fatah. Untuk menghentikan kekacauan di seluruh rakyat Banten Sultan
Agung Abdul Fatah dibantu oleh seorang tokoh atau Auliya Alloh yang bernama
Pangeran Bu`ang (Tubagus Bu`ang), beliau adalah keturunan dari Sultan Maulana
Yusuf (Sultan Banten ke 2) dari Keraton Pekalangan Gede Banten. Sehingga
kekacauan dapat diredakan dan rakyat pun membantu Sultan Agung Abdul Fatah dan
Pangeran Bu`ang sehingga terjadi pertempuran antara Sultan Maulana Mansyuruddin
palsu dengan Sultan Abdul Fatah dan Pangeran Bu`ang yang dibantu oleh rakyat
Banten, tetapi dalam pertempuran itu Sultan Agung Abdul Fatah dan Pangeran
Bu`ang kalah sehingga dibuang ke daerah Tirtayasa, dari kejadian itu maka
rakyat Banten memberi gelar kepada Sultan Agung Abdul Fatah dengan sebutan
Sultan Agung Tirtayasa.
Peristiwa adanya pertempuran dan dibuangnya Sultan Agung Abdul Fatah ke
Tirtayasa akhirnya sampai ke telinga Sultan Maulana Mansyuruddin di pulau
Menjeli China, sehingga beliau teringat akan wasiat ayahandanya lalu beliau pun
memutuskan untuk pulang, sebelum pulang ke tanah Banten beliau pergi ke Mekkah
untuk memohon ampunan kepada Alloh SWT di Baitullah karena telah melanggar
wasiat ayahnya, setelah sekian lama memohon ampunan, akhirnya semua perasaan
bersalah dan semua permohonannya dikabulkan oleh Allah SWT sampai beliau
mendapatkan gelar kewalian dan mempunyai gelar Syekh di Baitulloh. Setelah itu
beliau berdoa meminta petunjuk kepada Alloh untuk dapat pulang ke Banten
akhirnya beliau mendapatkan petunjuk dan dengan izin Alloh SWT beliau menyelam
di sumur zam-zam kemudian muncul suatu mata air yang terdapat batu besar
ditengahnya lalu oleh beliau batu tersebut ditulis dengan menggunakan telunjuknya
yang tepatnya di daerah Cibulakan Cimanuk Pandeglang Banten di sehingga oleh
masyarakat sekitar dikeramatkan dan dikenal dengan nama Keramat Batu Qur`an.
Setibanya di Kasultanan Banten dan membereskan semua kekacauan di sana, dan
memohon ampunan kepada ayahanda Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa. Sehingga
akhirnya Sultan Maulana Mansyuruddin kembali memimpin Kesultanan Banten, selain
menjadi seorang Sultan beliau pun mensyiarkan islam di daerah Banten dan
sekitarnya.
Dalam perjalanan menyiarkan Islam beliau sampai ke daerah Cikoromoy lalu
menikah dengan Nyai Sarinten (Nyi Mas Ratu Sarinten) dalam pernikahannya
tersebut beliau mempunyai putra yang bernama Muhammad Sholih yang memiliki
julukan Kyai Abu Sholih. Setelah sekian lama tinggal di daerah Cikoromoy
terjadi suatu peristiwa dimana Nyi Mas Ratu Sarinten meninggal terbentur batu
kali pada saat mandi, beliau terpeleset menginjak rambutnya sendiri, konon Nyi
Mas Ratu Sarinten mempunyai rambut yang panjangnya melebihi tinggi tubuhnya,
akibat peristiwa tersebut maka Syekh Maulana Mansyuru melarang semua
keturunannya yaitu para wanita untuk mempunyai rambut yang panjangnya seperti
Nyi mas Ratu Sarinten. Nyi Mas Ratu Sarinten kemudian dimakamkan di Pasarean
Cikarayu Cimanuk. Sepeninggal Nyi Mas Ratu Sarinten lalu Syekh Maulana Mansyur
pindah ke daerah Cikaduen Pandeglang dengan membawa Khodam Ki Jemah lalu beliau
menikah kembali dengan Nyai Mas Ratu Jamilah yang berasal dari Caringin Labuan.
Pada suatu hari Syekh Maulana Mansyur menyebarkan syariah agama islam di daerah
selatan ke pesisir laut, di dalam perjalanannya di tengah hutan Pakuwon
Mantiung Sultan Maulana Mansyuruddin beristirahat di bawah pohon waru sambil
bersandar bersama khodamnya Ki Jemah, tiba-tiba pohon tersebut menjongkok
seperti seorang manusia yang menghormati, maka sampai saat ini pohon waru itu
tidak ada yang lurus.
Ketika Syekh sedang beristirahat di bawah pohon waru beliau mendengar suara
harimau yang berada di pinggir laut. Ketika Syekh menghampiri ternyata kaki
harimau tersebut terjepit kima, setelah itu harimau melihat Syekh Maulana
Mansyur yang berada di depannya, melihat ada manusia di depannya harimau
tersebut pasrah bahwa ajalnya telah dekat, dalam perasaan putus asa harimau itu
mengaum kepada Syekh Maulana Mansyur maka atas izin Alloh SWT tiba-tiba Syekh
Maulana Mansyur dapat mengerti bahasa binatang, Karena beliau adalah seorang
manusia pilihan Alloh dan seorang Auliya dan Waliyulloh. Maka atas izin Alloh
pulalah, dan melalui karomahnya beliau kima yang menjepit kaki harimau dapat
dilepaskan, setelah itu harimau tersebut di bai`at oleh beliau, lalu beliau pun
berbicara “Saya sudah menolong kamu ! saya minta kamu dan anak buah kamu
berjanji untuk tidak mengganggu anak, cucu, dan semua keturunan saya”. Kemudian
harimau itu menyanggupi dan akhirnya diberikan kalung surat Yasin di lehernya
dan diberi nama Si Pincang atau Raden Langlang Buana atau Ki Buyud Kalam.
Ternyata harimau itu adalah seorang Raja/Ratu siluman harimau dari semua
Pakuwon yang 6. Pakuwon yang lainnya adalah :
1. Ujung Kulon yang dipimpin oleh Ki Maha Dewa
2. Gunung Inten yang dipimpin oleh Ki Bima Laksana
3. Pakuwon Lumajang yang dipimpin oleh Raden Singa Baruang
4. Gunung Pangajaran yang dipimpin oleh Ki Bolegbag Jaya
5. Manjau yang dipimpin oleh Raden Putri
6. Mantiung yang dipimpin oleh Raden langlang Buana atau Ki Buyud Kalam atau si pincang.
2. Gunung Inten yang dipimpin oleh Ki Bima Laksana
3. Pakuwon Lumajang yang dipimpin oleh Raden Singa Baruang
4. Gunung Pangajaran yang dipimpin oleh Ki Bolegbag Jaya
5. Manjau yang dipimpin oleh Raden Putri
6. Mantiung yang dipimpin oleh Raden langlang Buana atau Ki Buyud Kalam atau si pincang.
Setelah sekian lama menyiarkan islam ke berbagai daerah di banten dan
sekitarnya, lalu Syekh Maulana Manyuruddin dan khadamnya Ki Jemah pulang ke
Cikaduen. Akhirnya Syekh Maulana Mansyuruddin meninggal dunia pada tahun 1672M
dan di makamkan di Cikaduen Pandeglang Banten. Hingga kini makam beliau sering
diziarahi oleh masyarakat dan dikeramatkan.
Keterangan :
- Sultan
Agung Abdul Fatah Tirtayasa dimakamkan di kampung Astana Desa Pakadekan
Kecamatan Tirtayasa Kawadanaan Pontang Serang Banten.
- Cibulakan
terdapat di muara sungai Kupahandap Kecamatan Cimanuk Kabupaten Pandeglang
Banten .......
Lalu saya melanjutkan per jalanan ke Ujung Kulon tapi Sebelum saya ke Ujung
Kulon saya menuju ke salah se orang Paranormal yaitu Mbah Gelung di Desa Tegal
papak di Labuhan.....
- Makam
Cicaringin terletak di daerah Cikareo Cimanuk Pandeglang Banten
- Ujung Kulon
Desa Cigorondong kecamatan Sumur Kawadanaan Cibaliung kebupaten Pandeglang
Banten
- Gunung
Anten terletak di kecamatan Cimarga Kawadanaan Leuwi Damar Rangkas Bitung
- Pakuan
Lumajang terletak di Lampung
- Gunung
Pangajaran terletak di Desa Carita Kawadanaan Labuan Pandeglang, disini
tempat latihan silat macan.
- Majau
terletak didesa Majau kecamatan Saketi Kawadanaan Menes Pandeglang Banten
- Mantiung
terletak di desa sumur batu kecamatan Cikeusik Kewadanaan Cibaliung Pandeglang.
- Ki Jemah
dimakamkan di kampong Koncang desa Kadu Gadung kecamatan Cimanuk Pandegang
Banten...........................
Perjalananku di Banten penuh mengesan kan dan membawa saya untuk mempelajari
agama islam, dan se usai nya ini saya Mondok Pesantren di Babat Jawa Timur di
Kampung Sawo dengan Mbah Kyai Munir mempelajari tentang al bidayah tentang tata
cara pasholatan, dan membaca Al Qur’an yang Benar..................
Dan tak lama saya belum sampai
khatam Al Qur’an saya melanjutkan perjalanan dan bekerja sebagai mana mesti
nya......
Lalu aku menuju di Desa Blimbing
Kecamatan Paciran bekerja sebagai tukang foto, karena belum ada panggilan kerja
terpaksa kerja sebagai foto amatier.....hasil nya cukup lumayan .........
Lalu saya tidak lama saya berkenalan dengan se orang gadis berasal dari
Dukuh Jambu di Desa Kebon Romo Kecamatan Ngrampal Kabupaten Sragen Jawa
Tengah.........
Selesai sudah perjalanan
berpetualangan saya ini hingga kini saya mempunyai keturunan salah se orang
putra dan ber domisili di Desa Sumur Pule Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang
Jawa Tengah.............Tapi terkadang hoby ini tetap masih ingin melakukan
perjalanan ke mana mana...............
Ini menceritakan perjalanan hidup
saya dari berpetualang hingga kini saya sudah tetap berdomisili, lain dengan kehidupan ku dulu atap rumahku adalah langit hidup di jalanan
.............. Di bawah ini foto barusan di ambil pada bulan february 2017,..mengulas perjalanan pada tahun 1986,... foto saya bersama kawan2 pendaki dari Jakarta, dan foto di makam Abuya Dim Yati di Desa Cadas Sari Pandegelang Banten Jawa Barat........Wabilahhi walaitofiq walhidayah Wassalam mualaikum warahmatullahhi wabarakatuhu,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
No comments:
Post a Comment